Anda mungkin memperhatikan di sekitar anda terdapat banyak orang yang telah mencapai berbagai hal yang diinginkannya, terlepas dari berbagai kriteria pencapaian tersebut, apakah dari segi finansial, intelektual, kebahagiaan, kesehatan atau yang lainnya. Di lain pihak, anda pun mungkin juga memperhatikan terdapat lebih banyak orang yang belum atau bahkan tidak mampu mewujudkan keinginannya. Saya bahkan sempat mendengar satu pertanyaan dari seseorang yang mengatakan, “Jika Tuhan itu adil, mengapa ada orang yang jauh dari-Nya diberikan kekayaan yang berlimpah, sementara orang yang (merasa) dekat dengan-Nya justru diliputi kemiskinan.” Jika demikian halnya, lalu apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk mewujudkan keinginan?
Akumulasi pengetahuan dan pemahaman yang saya dapatkan melalui proses belajar dari dari berbagai sumber selama ini, memberikan kejelasan untuk menjawab mengenai hal ini.Sebenarnya untuk mewujudkan keinginan sangatlah tidak sulit, karena yang dibutukan sebenarnya hanya dua; mengetahui apa yang anda inginkan dan menetapkan niat untuk membayar harganya. Pada kedua hal ini banyak orang yang telah mengetahui dan menjalankannya sehingga mereka bisa mewujudkan berbagai keinginan. Namun lebih banyak lagi orang yang tidak bahkan belum mengetahui (apa lagi melakukan) hal tersebut, sehingga keinginan mereka selama tetap berwujud sebatas impian. Artikel kali ini akan memfokuskan pada kedua hal tersebut. Untuk lebih menjelaskan mengenai fenomena ini dalam keseharian, saya akan memberikan dua contoh yang sangat kontras. Saya yakin anda pun pasti dapat mencari contoh padanannya dari situasi yang saya temui ini. Suatu hari saya bertemu dengan seorang teman saya, Berry Juliandi, MSi., salah seorang staf pengajar di IPB. Pada pertemuan tersebut kami mendiskusi tentang buku yang kebetulan baru beliau selesai terjemahkan dan telah diterbitkan, menyingkap kerja otak karangan John McCrone. Buku yang sangat menarik, diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Saya mencermati banyak hal saat berdiskusi dengan beliau. Selain wawasannya yang cukup luas, hal lain yang saya perhatikan adalah caranyda dalam menyampaikan. Beliau mampu menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sedemikian sehingga muncul saling keterkaitan. Tidak hanya sampai di situ, beliau pun mampu menghubungkan dengan apa yang terjadi pada keseharian dan sebagai tambahan penjelasannya memiliki jiwa sehingga tidak membosankan dan ter-dissosiate dari realita. Hal ini sangat kontras dengan kenyataan bahwa kompensasi yang beliau peroleh sebagai seorang dosen universitas jauh lebih rendah dibandingkan kompensasi yang diterima saat mengajar di institusi lain. Di hari yang lain saya bertemu dengan seorang klien. Beliau seorang lulusan dari luar negeri dan bekerja di satu perusahaan multi nasional ternama di negeri ini. Dari hal yang disampaikannya saya dapat menangkap bahwa dirinya kurang menyukai kondisinya saat ini baik itu untuk lingkungan profesional, di kantornya, maupun untuk lingkungan sosial saat berkumpul bersama teman/relasi. Selama saya bertemu dengannya, hal yang diulas hanya seputar keluhan mengenai beban kerja dan pimpinannya (yang mana, menurutnya keduanya sangat berlebihan), walaupun kompensasi finansial yang diterima lebih dari mencukupi. Kehidupan sosialnya pun tidak jauh berbeda. Ia mengakui bahwa dirinya merasa seolah dijauhi oleh semua temannya. Setiap kali saya bersimpati, setiap kali juga beliau menenggelamkan dirinya lebih dalam lagi ke dalam jurang kesulitan. Menurut saya perbedaan antara keduanya sangat kontras. Saya tidak tertarik untuk masuk ke dalam wacana baik/buruk. Saya lebih tertarik untuk memperhatikan sesuatu yang lebih fundamental, kejelasan tujuan. Pada rekan yang pertama, ia dapat begitu termotivasi pada pekerjaannya walaupun secara finansial kurang menguntungkan. Hal ini menunjukan bahwa finansial bukanlah motivasi utama yang membuatnya selalu bangun di pagi hari, berangkat ke kantor dan melakukan berbagai aktifitasnya. Sementara apa yang terjadi pada klien saya, walaupun secara finansial kompensasi yang diterimanya berlipat-lipat jauh lebih besar namun tetap ia gagal untuk memiliki rasa positif mengenai pekerjaannya. Wajar saja jika kemudian semua orang mengetahui bahwa ia merupakan seorang pengeluh sehingga banyak orang yang tidak mau berbicara berlama-lama dengannya. Kondisi ini pada akhirnya dapat menyebabkan munculnya penyakit mental. Martin Seligman, seorang profesional di bidang kesehatan mental, menyatakan sedikitnya terdapat tiga hal yang mempengaruhi kesehatan mentalitas individu; kerja, cinta dan (ber)main. Ketiika seseorang tidak mencintai pekerjaannya, maka sebenarnya ia mempertaruhkan kesehatan mentalnya untuk jangka waktu lama. Kejelasan Tujuan Anda dapat saja menghabiskan bertahun-tahun dari hidup anda berada di bangku sekolah. Namun hal itu tidak menjamin anda telah memiliki kejelasan tujuan. Sangat sedikit individu yang memahami bahwa dirinya dapat dianalogikan sebagai sebuah bulpen. Bulpen merupakan sebuah kontainer yang membawa isi, tinta. Tinta yang terkandung di dalamnya merupakan pesan yang dibawa oleh pulpen tersebut. Demikian pula halnya dengan manusia. Semenjak lahir tentu memiliki pesan yang dibawa, mungkin mengenai apa yang akan dilakukan atau apa yang nanti akan ditinggalnya di muka bumi. Hal yang menyedihkan adalah ketika seorang pendidik tidak mengetahui akan hal ini, seperti yang terjadi pada seorang pendidik yang saya temui. Menurutnya, menjadi seorang pendidik merupakan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan setelah berkali-kali mencoba melamar pekerjaan. Ia seperti kurang menyadari arti strategis seorang pendidik sebagai seorang influencer of the influencer. Manfaat kejelasan tujuan Ketika tujuan anda terlalu luas, sulit untuk menentukan apakah sudah tercapai atau belum. Tentunya hal ini hanya akan mempersulit anda untuk mencapainya. Anda tidak memiliki urgency untuk mewujudkannya. Anda selalu terbuka pada berbagai kemungkinan baru di setiap saat. Ketika seseorang datang kepada anda dan menawarkan suatu proposal bisnis yang bisa membuat anda kaya seketika, tanpa harus kerja keras, dan akan selalu menghasilkan (melalui mekanisme pasif income, hyperactive income, income asin dan income-income lainnya Dengan kejelasan tujuan perhatian anda di setiap saat akan lebih terarah. Anda dapat lebih mengefektifkan penggunaan berbagai sumber daya yang anda miliki, apakah itu waktu, uang, tenaga, pikiran dan yang lainnya. Di setiap saat ketika anda dihadapkan pada plihan, anda mengetahui tanpa keraguan mana yang harus dipilih. Pilihan yang anda pilih akan sedekat mungkin selaras dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Stephen Covey menyebutnya sebagai integrity in the moment of choice. Saya dapat menganalogikan hal ini seperti jalur penerbangan pesawat komersil. Tahukah anda bahwa 90% dari penerbangan komersil selalu keluar dari jalur utamanya, namun setiap saat keluar dari jalur, segera pilot membuat penyesuaian yang dibutuhkan sehingga anda dapat tetap sampai ke tujuan semula. Singkatnya, kejelasan tujuan merupakan kompas yang dapat membantu anda untuk menjalani hari-hari anda. Faktor yang membuat orang tidak memiliki kejelasan tujuan Salah satu faktor yang menyebabkan orang belum/tidak mau membuat kejelasan tujuan adalah takut gagal. Ketika anda tidak memiliki tujuan yang jelas maka tentu anda akan selalu terlindung dari kegagalan. Anda tidak akan dapat disebut gagal, karena parameter untuk mengukur hal tersebut tidak tersedia. Saya mengutip satu ungkapan yang sangat terkenal dari Teddy Roosevelt yang mengatakan: …..”di setiap saat pengambilan keputusan, keputusan yang terbaik adalah keputusan yang tepat, keputusan nomor dua yang terbaik adalah keputusan yang salah dan keputusan yang paling buruk adalah tidak ada keputusan.”….. Salah satu presposisi NLP pun mengatakan hal yang senada; ….. “there’s no failure, only feedback”….. Hal ini tentu berarti bahwa dari setiap hal yang terjadi pada anda, apakah itu benar atau salah sebenarnya selalu membawa umpan balik bermanfaat. Jika anda mendapatkan keberhasilan berarti anda telah membuat keputusan yang tepat. Melakukan hal itu lagi akan membuat anda kembali lagi berhasil. Sebaliknya ketika anda gagal yang terjadi sebenarnya adalah anda telah mengambil keputusan yang kurang tepat berkenaan dengan situasi yang ada. Artinya jika anda memperhatikan kembali keputusan tersebut dan membuat beberapa penyesuaian ada kemungkinan setelahnya anda akan berhasil pada situasi tersebut. Selain itu menarik juga untuk dicermati bagaimana ketika banyak orang yang tidak mengetahui perbedaan antara arahan dengan tujuan. Arahan memiliki cakupan yang lebih luas dan lebih umum dibandingkan tujuan. Tujuan akan hanya memiliki dua aspek, “ya” atau “tidak”. Misalnya anda berkata, “Pergi ke arah timur!” Tentu tidak akan sama ketika anda berkata, “Pergi ke Monas!” Hal yang sebelumnya merupakan arahan sementara hal yang lainnya merupakan tujuan. Setelah anda melakukan tujuan, maka hasil akhir yang anda dapatkan terbatas hanya pada dua kemungkinan, “ya” atau “tidak”. Demikian pula halnya dengan kejelasan tujuan. Ketika anda berkata, “Saya ingin lebih pintar.” Tentu tidak akan sama dengan berkata, “Saya ingin menaikan nilai pelajaran “A” sebanyak satu point pada semester ini.” Berikut merupakan beberapa tuntutan yang dapat membantu anda untuk menentukan tujuan. Tentukan tujuan dalam bentuk binary, “ya” atau “tidak” Tujuan yang baik dapat membantu anda untuk menentukan apakah anda telah mencapainya atau belum. Hal ini hanya terjadi jika anda membuat tujuan tersebut dalam bentuk binary, ketika hasil akhirnya terbatas hanya pada dua kemungkinan, “ya” atau “tidak”. Anda tentunya tidak akan mendefinisikan tujuan yang dapat dijawab “antara ya dan tidak” karena akan membuat anda binggung apakah anda telah mencapainya atau belum. Pastikan anda memahami sepenuhnya beda antara arahan dan tujuan. Tujuan anda misalnya, membeli rumah seharga xxx. Kejelasan pada tujuan ini dapat membantu anda apakah anda telah berhasil mewujudkannya atau belum. Tentukan tujuan sedetil mungkin Pastikan tujuan yang anda buat memiliki tingkat kedetilan setinggi mungkin. Semakin tinggi tingkat kedetilannya, semakin baik karena pada gilirannya akan memberikan tuntunan yang mempermudah anda untuk mencapainya. Tujuan yang detil dapat memberikan tuntunan bagi anda untuk berusaha mewujudkannya. Jika tujuan anda memiliki parameter waktu, masukan besaran waktunya. Jika ia memiliki besaran kuantitas, masukan kuantitasnya. Intinya buat tujuan anda sedetil mungkin. Tujuan seperti; membeli rumah seharga xxx, di kawasan xxx, satu tahun dari sekarang, lebih baik dibandingkan tujuan sebatas membeli rumah. Tuliskan tujuan anda Hal selanjutnya yang jarang diperhatikan orang adalah penulisan tujuan. Tujuan perlu dituliskan. Ketika anda menuliskan tujuan anda, maka anda telah membuat komitmen pada diri anda untuk mencapainya. Membaca kembali tujuan yang telah dituliskan sambil membuat visualisasi akan tujuan tersebut, dapat mengkondisikan pikiran bawah sadar anda untuk mewujudkannya. Sebagaimana yang anda ketahui sebenarnya, pengondisian bawah sadar sudah merupakan sebagian dari kerja untuk mewujudkannya karena realita sebenarnya mulai dari dalam diri anda dan bukan dari luar. Seperti yang telah saya ulas pada artikel mengenai Belief : Intention – Manifestation pikiran anda memiliki aspek kreatif akan realita yang anda inginkan. Sehingga kembali lagi tulis tujuan anda dan secara periodik lihat kembali tulisan tersebut sambil kemudian membuat gambaran mental mengenai tujuan tersebut. Tentukan tujuan seolah-olah anda telah mencapainya Tuntunan yang satu ini memiliki efeknya yang hampir serupa dengan tuntunan yang sebelumnya yaitu mengkondisikan pikiran bawah sadar agar hanya berfokus pada perwujudan dari tujuan tersebut dan bukan pada hambatan berkenaan dengan tujuan tersebut. Milton Erickson sering kali mengungkapkan pada pasiennya, “Berpura-puralah kamu telah mendapati hal yang kamu inginkan, dan setelahnya benar-benar dapatkan.” Satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah parameter waktu dari tujuan anda. Usahakan sebisa mungkin untuk membuat tujuan tersebut memiliki frase waktu sekarang dan bukan pada masa depan. Contohnya, “Saya memiliki rumah seharga xxx.” Akan lebih baik dibandingkan, “Saya akan memiliki rumah seharga xxx.” Walaupun tipis sekali perbedaannya, namun hal ini membawa dampak yang sangat signifikan. Hal ini yang disebut oleh Grinder & Bandler sebagai deeper structure, arti yang tersirat yang ditangkap oleh pikrian bawah sadar. Ketika anda mendefiniskan tujuan dalam konteks waktu masa depan, anda mengkondisikan pikiran anda untuk selalu berada pada kondisi pengejaran akan tujuan tersebut sehingga tidak pernah mencapainya. Gunakan potensi superconscious Kembali lagi seperti yang telah saya ulas pada artikel tentang Belief : Intention – Manifestation, anda dapat menggunakan potensi superconscious untuk mempermudah pencapaian tujuan anda. Anda dapat melakukan ini melalui beraneka ragam cara, ibadah salah satunya. Gunakan aktifitas visualisasi aktif saat melakukannya. Buat seolah-olah tujuan tersebut telah tercapai. Libatkan panca indra ketika anda melibatkan potensi superconscious. Ketika anda telah mendapatkan tujuan tersebut, apa yang anda lihat, apa yang anda dengar, apa yang anda rasakan dan lainnya. Ulasan lebih lengkap mengenai superconscious dapat anda baca pada artikel Belief : Intention – Manifestation Kuantifisir tujuan kualitatif Kini bagaimana halnya jika tujuan anda merupakan tujuan yang bersifat kualitatif, misalnya tujuan anda adalah meningkatkan rasa percaya diri anda saat berbicara di depan orang, anda perlu mengkuantifisir tujuan tersebut. Anda dapat melakukan hal ini dengan memberikan skala misalnya dari 1- 10. Berikan nilai pada kondisi anda saat ini dan berikan pula nilai yang ingin anda capai. Pada contoh yang diberikan misalnya tujuan anda, meningkatkan rasa percaya diri hingga mencapai nilai 8. Anda pun perlu mengidentifikasi arti dari masing-masing nilai tersebut. Anda dapat mengartikan nilai pada contoh di atas sebagai jumlah orang dalam satu waktu yang anda ajak bicara atau dari durasi anda bicara dengan orang atau yang lainnya. Intinya, pastikan anda mengkuantifisir tujuan tersebut sehingga anda dapat selalu mengamati perkembangannya. Action!!! Setelah anda mendapatkan kejelasan tujuan selanjutnya yang dibutuhkan adalah pelaksanaan. Pencapaian tujuan merupakan suatu aktifitas artinya anda perlu bekerja untuk mewujudkannya, plan your work and work your plan. Sebagus apa pun ide yang anda miliki, ide hanya akan selalu berwujud mimpi hingga anda mewujudkannya dalam bentuk kerja. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Untuk sehat anda perlu berolahraga, diet teratur dan lainnya. Bahkan saat kini di Jakarta, untuk buang air kecil saja anda perlu bayar Tanpa kejelasan tujuan anda dapat dengan sangat mudah keluar dari jalur yang seharusnya. Hasil pertanian yang bagus dihasilkan merupakan hasil kerja seorang petani yang teladan, yang selalu merawat lahannya. Tanpa perawatan secara teratur, gulma dapat tumbuh dengan sangat mudah. Gulma tidak membutuhkan perawatan secara teratur. Namun tentu gulma bukanlah hasil akhir yang diharapkan. Ketika anda telah mendapatkan kejelasan tujuan maka langkah anda akan jauh lebih mudah. Jika anda ingin tahu cara yang terbaik untuk membuat diri anda lebih efektif menggunakan sumber daya yang anda miliki, di setiap hari sebelum tidur malam coret hari di kalender sambil berkata, “Pergilah lagi satu hari hidupku dan tidak akan pernah kembali lagi.” Jika setelahnya anda menjadi tidak sabar untuk segera memulai hari esok dan melakukan lagi hal yang telah anda lakukan sebelumnya, maka ada kemungkinan anda telah menggunakan sumber daya anda seefektif mungkin. Namun jika yang terjadi justru sebaliknya, maka berarti anda telah menyia-nyiakan sumber daya anda, dan untungnya anda menyadari sedini mungkin. Jadi apa lagi yang anda tunda, segera dapatkan kejelasan tujuan dan …..WUJUDKAN. Setiap hari adalah milik anda….. |