Meningkatkan Daya Ingat Dengan Asosiasi

Di setiap workshop “Prima Memory”, workshop yang dirancang khusus untuk meningkatkan daya ingat, sering kali saya mendapat pertanyaan dari para peserta yang mengungkapkan sulitnya mengingat. Tidak sedikit di antara mereka yang menyatakan bahwa ingatannya buruk. Apakah semua pernyataan tersebut benar adanya? Adakah mekanisme yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya ingat? Artikel kali ini saya tujukan guna menjawab berbagai pertanyaan tersebut.

Fakta yang sebenarnya adalah tidak ada yang disebut sebagai ingatan baik atau ingatan buruk. Semua individu memiliki ingatan yang sama baiknya. Hanya saja memang terdapat individu yang tidak/belum melatih daya ingatnya dan ada pula yang telah terlatih menggunakan daya ingatnya. Pada mereka yang belum//tidak melatih kemampuan mengingatnya tentunya menghadapi hambatan dalam mengingat sementara pada mereka yang telah terlatih, proses mengingat dapat dilakukan lebih mudah.

Guna meningkatkan daya ingat, sebelumnya anda perlu memahami mekanisme penyerapan informasi oleh pikiran. Sedikitnya terdapat tiga proses utama berkenaan dengan masuknya informasi ke dalam pikiran individu yaitu; pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali. Pengkodean (coding) berkenaan dengan proses pengambilan informasi dan memasukannya ke dalam sistem pikiran dengan mentransfernya menjadi kode-kode yang dipahami oleh proses lebih lanjut di otak. Penyimpanan berkenaan dengan proses mempertahankan informasi yang dibutuhkan di pikiran. Sementara pemanggilan kembali merupakan proses yang dibutuhkan untuk mengakses kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya. Pada tahap pemanggilan kembali melibatkan proses pengkodean ulang (decoding) yang merubah berbagai kode-kode di ingatan anda kembali menjadi informasi asal.

Secara lebih sederhana, sebenarnya proses yang terjadi di pikiran berkenaan dengan pengingatan merupakan proses dua arah yang melibatkan coding – decoding. Informasi yang diterima melalui panca indra kemudian dikodekan sesuai dengan cara alami individu tersebut berpikir. Kode inilah yang kemudian disimpan dalam bentuk ingatan. Ketika individu yang bersangkutan membutuhkan informasi tersebut, maka ia perlu memanggil kembali kode tersebut dan melakukan proses pembalikan kode (decoding). Analoginya seperti yang terjadi pada komputer. Ketika saya membuat artikel ini menggunakan komputer, sebenarnya saya mengkodekan informasi tersebut dengan menggunakan papan ketik (keyboard). Keyboard kemudian mengkodekan informasi yang saya masukan menjadi kode-kode komputasi untuk selanjutnya disimpan di dalam hard disc. Ketika saya membutuhkan kembali artikel ini maka komputer melakukan proses pengkodean ulang (decoding) guna merubah kode-kode komputasi tersebut menjadi informasi semula. Sehingga sebenarnya dalam mengingat, setiap individu membuat kode atas informasi yang ingin diingat.

Guna mengoptimalkan kemampuan pengingatan anda, maka sebelumnya anda perlu mengetahui berbagai prinsip dasar dari mekanisme kerja pikiran dalam menangkap, menyimpan dan memanggil informasi. Dengan mengetahui berbagai prinsip tersebut, maka anda dapat lebih mengefektifkan proses pengingatan informasi di pikiran.

Pengingatan terjadi karena adanya representasi mental

Prinsip ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari aplikasi tentang pengkodean informasi yang ingin di masukan ke pikiran. Kode yang dibuat oleh individu dapat dianalogikan sebagai jejak atas informasi yang ingin diingat. Ketika jejak atas informasi tersebut tidak tersedia maka individu bersangkutan “kehilangan jejak” atas informasi yang diinginkan. Kondisi inilah yang kemudian dikenal sebagai lupa. Sehingga guna mencegah lupa anda perlu memastikan bahwa anda telah membuat kode atas informasi yang ingin diingat.

Representasi mental atas suatu informasi yang ingin diingat akan jauh lebih optimal ketika melibatkan seluruh panca indra. Setiap panca indra memberikan sejumlah bit informasi yang kemudian menyusun representasi mental di pikiran. Contohnya informasi mengenai “gajah”. Mata anda mengirimkan informasi mengenai bentuk kakinya, ekornya, belalainya, gadingnya, telinganya, hingga seluruh membentuk seluruh penggambaran mengenai gajah. Telinga anda menangkap informasi dari suara yang dihasilkan gajah dan mungkin suara langkah kaki gajah yang “mendentum”. Perabaan anda mengirimkan informasi mengenai seberapa kasar dan tebalnya kulit gajah. Keseluruhan informasi tentang gajah tersebut, membentuk representasi mental mengenai “gajah”. Semakin detil representasi mental yang dibuat, semakin baik informasi tersebut tersimpan dalam pikiran. Dengan melibatkan seluruh panca indra maka representasi mental yang dibuat memiliki tingkat kedetilan yang lebih baik. Tidak hanya mengandalkan aspek visual saja, melainkan juga auditory, kinesthetic, olfactory (penciuman) dan gustatory (rasa).

Untuk menjelaskan representasi mental secara lebih praktis, anda dapat melakukan eksperimen sederhana berikut. Pegang pensil di tangan anda. Luruskan tangan sehingga pensil terletak tepat di hadapan anda. Kini perhatikan pensil tersebut secara seksama. Setelahnya tutup mata dan bayangkan pensil yang sama. Bayangan yang anda buat di pikiran mengenai pensil tersebut itu merupakan salah satu bentuk representasi mental. Semakin detil dan serupa representasi mental yang anda buat, semakin mudah anda mengingatnya.

Representasi mental tersebut merupakan simbol atas informasi yang ingin diingat. Terkadang ada informasi yang tidak dapat dibuatkan secara langsung representasi mentalnya di pikiran. Untuk kasus ini anda dapat menggunakan simbolisasi guna membantu anda dalam membuat representasi mental. Simbol bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain walaupun informasi yang dimaksud sama. Ambil contoh kata “genius”. Kata “genius” tentu tidak dapat langsung dibuatkan representasi mentalnya. Anda perlu membuat simbol untuk kata ini. Mungkin simbol anda untuk kata “genius” adalah “Einstein”. Figur “Einstein” inilah yang kemudian menjadi representasi mental bagi kata “genius”. Pada bagian selanjutnya dijelaskan lebih jauh bagaimana simbol-simbol informasi tersebut kemudian membentuk jaringan informasi di pikiran secara asosiatif.

Emosi membantu mengingat lebih baik

Setiap individu memiliki “tombol ajaib” di pikirannya yang dapat mengaktifkan respon emosi tertentu ketika dihadapkan dengan suatu kondisi. Respon emosi yang muncul seolah tanpa kendali dari pikiran sadar (conscious mind). Hal ini salah satunya disebabkan karena emosi dimunculkan dari pikiran bawah sadar (sub-conscious/unconsious mind). Emosi merupakan “bahasa” pikiran bawah sadar (unconscious mind) sekaligus merupakan akses ke pikiran bawah sadar.

Selain emosi, di pikiran bawah sadar juga terdapat ingatan jangka panjang (long term memory). Informasi yang disimpan pada ingatan jangka panjang memiliki kecendungan bersifat permanen. Contoh dari informasi jenis ini antara lain, berbagai informasi mengenai identitas diri, kerabat terdekat, teman dan berbagai informasi sejenis lainnya. Berkaitan dengan daya tampungnya, ingatan jangka panjang memiliki kapasitas yang tidak terbatas.

Berdasar uraian di atas, guna mengingat suatu informasi secara lebih optimal, maka informasi tersebut perlu diletakan pada ingatan jangka panjang. Informasi yang bersifat emosional dapat dengan mudah diingat karena langsung mengakses pikiran bawah sadar. Referensi yang ditulis oleh Brown dan Kulik (1977) mengungkapkan bahwa informasi yang memiliki content emosional dapat diingat lebih baik. Temuan ini diperkuat oleh referensi dari Bahrick et al., (1996) yang menjelaskan bahwa individu lebih mudah mengingat hal-hal yang berkaitan dengan emosil positif dibanding informasi yang berkaitan dengan emosi negatif.

Hal ini tidak mengindikasikan bahwa informasi yang tidak memiliki kandungan emosional tidak dapat diingat. Salah satu mekanisme guna mencapai tujuan tersebut adalah dengan menambahkan kandungan emosional pada informasi yang ingin diingat. Dengan memberikan kandungan emosional pada suatu informasi atau informasi yang secara alaminya telah memiliki kandungan emosional lebih mudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar sehingga dapat diingat secara lebih permanen. Kandungan emosional yang dikaitkan pada suatu informasi perlu dipastikan merupakan kandungan emosional yang ekstrem, baik ekstrem positif maupun ekstrem negatif. Ekstrem positif merupakan informasi yang sangat membahagiakan seperti ingatan tentang kejadian mendapatkan hal yang diinginkan. Sementara informasi yang memiliki kandungan emosi ekstrem negatif merupakan informasi yang memiliki unsur kesedihan, ketakutan atau emosi negatif lainnya. Saya lebih merekomendasikan untuk membuat memberikan kandungan emosi positif pada suatu informasi.

Guna menambahkan kandungan emosi pada suatu informasi yang ingin diingat, anda dapat memanfaatkan daya imajinasi anda. Libatkan imajinasi anda sebebas-bebasnya dalam memberikan kandungan emosional pada informasi yang ingin anda ingat. Anda dapat membayangkan mengenai suatu informasi dan membuatnya selucu mungkin. Libatkan humor, amarah, kesenangan dan berbagai emosi lainnya pada informasi yang ingin anda ingat. Dengan demikian anda memberikan kemudahan pada informasi tersebut untuk masuk ke pikiran bawah sadar sehingga dapat diingat secara permanen.

Informasi yang mengandung konteks seksual mudah diingat

Serupa dengan prinsip sebelumnya, informasi yang memiliki kandungan seksual juga sangat mudah diingat. Konteks seksual relatif dekat bahkan berhubungan dengan konteks emosional.

Dengan menambahkan unsur seksual pada representasi mental yang anda ciptakan akan mempermudah penyimpanan informasi yang ingin diingat.

Informasi yang tidak awam mudah diingat

Selain kontent emosional, informasi yang memiliki perbedaan yang signifikan juga mudah diingat. Hal ini dapat dianalogikan ketika anda melihat siswa berseragam hitam di tengah-tengah kerumunan siswa yang berseragam putih. Tentu dengan sangat mudah perhatian anda terarah pada siswa yang berseragam hitam.

Demikian pula dengan pikiran anda. Pikiran lebih mudah memberikan perhatian pada informasi yang berbeda dari informasi yang lain. Dengan membuat suatu informasi menjadi berbeda dari berbagai informasi yang lain, kondisi ini membuat pikiran anda lebih mudah untuk melakukan identifikasi pada informasi yang bersangkutan. Selain itu, dengan membuat suatu informasi menjadi sangat tidak awam sebenarnya anda membuat pikiran mengalami ketertarikan (excitement) alami pada informasi tersebut. Ketertarikan alami tersebut kemudian membuat pikiran memberikan prioritas pada informasi tersebut dibandingkan informasi-informasi yang lain. Sehingga lebih mudah dalam melakukan pemanggilan kembali atas informasi tersebut. Kembali lagi gunakan imajinasi anda untuk membuat suatu informasi menjadi tidak awam. Ketika melibatkan imajinasi, anda dapat membuat berbagai kemungkinan tanpa batas.

Contohnya adalah ketika anda melihat dua siswa yang saling berkejaran di sekolah. Tentu hal ini merupakan suatu yang biasa. Namun ketika anda membuat representasi mental yang menggambarkan kedua siswa tersebut saling berkejaran, tapi kali ini keduanya berlari bukan dengan kaki melainkan menggunakan tangan mereka, tentu hal ini membuat anda lebih mudah mengingatnya.

Representasi mental yang dinamis lebih mudah diingat

Representasi mental yang dinamis lebih mudah diingat dibandingkan representasi mental yang bersifat statis. Dinamika pada representasi mental juga memberikan excitement alami bagi pikiran sehingga lebih mudah untuk mengingatnya.

Selain dinamika, untuk memperkuat pengingatan anda pada suatu informasi, anda dapat pula memberikan warna pada representasi mental pada pikiran anda. Representasi mental yang stastis dan monoton (hitam/putih) cendrung tidak memberikan excitement bagi pikiran sehingga tentunya menyebabkan informasi tersebut lebih mudah dilupakan.

Informasi disimpan di pikiran secara asosiatif

Hal ini berarti bahwa informasi di pikiran anda tersimpan secara berkaitan satu sama lain membentuk suatu jaringan informasi. Satu informasi di dalam pikiran terhubung secara alami dengan informasi lain. Informasi yang tidak terkait dalam jaringan informasi tentunya dilupakan. Sebagai contoh perhatikan kata “merah”. Kata “merah” dalam pikiran anda mungkin berarti satu jenis warna. Namun selain itu, kata “merah” juga mungkin terhubung dengan kata “Ferrari”, “darah”, “api” dan masih banyak lagi yang lainnya. Ketika anda lebih sering menggunakan satu jalur di antara berbagai jalur yang ada, katakanlah jalur yang menghubungkan antara “merah” dengan “Ferrari” maka jalur ini kemudian diperkuat, membuatnya lebih mudah diingat. Singkatnya, pengingatan merupakan suatu bentuk penguatan jalur antar informasi di pikiran.

Contoh lain untuk menerangkan bahwa pikiran bekerja secara asosiatif adalah pada kasus phobia. Phobia merupakan suatu bentuk ketakutan yang berlebihan tanpa disertai dengan alasan jelas. Contohnya ketika seorang memiliki phobia terhadap kecoa. Tentu semua orang tahu bahwa ketakutan apa pun bentuknya merupakan hasil dari proses pembelajaran. Pada saat bayi lahir, ia tidak memiliki ketakutan kecuali pada suara keras dan jatuh. Selebihnya semua bentuk ketakutan merupakan suatu yang dipelajari. Pada individu yang memiliki phobia terhadap kecoa, pikirannya telah berhasil secara alami mengasosiasikan antara satu pengalaman (yang tidak nyaman) dengan kecoa, dengan kecoa itu sendiri. Akibatnya setiap kali ia melihat kecoa, informasi mengenai pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut muncul secara alami.

Berdasarkan penjelasan tersebut, ketika anda menyajikan hubungan antar informasi yang anda ingin ingat, tentunya anda akan lebih mudah mengingatnya. Sehingga pastikan informasi yang anda ingin ingat memiliki sistematika tertentu. Guna membuat sistematika antara informasi, anda dapat menggunakan diagram, urutan, matriks dan lainnya.

Pikiran menangkap informasi berdasar prinsip primacy dan recentcy

Informasi yang masuk ke dalam pikiran individu mengikuti pula prinsip primacy dan recentcy. Hal yang dimaksud dengan primacy (keawalan) adalah bahwa individu cenderung mengingat informasi yang datang pertama kali kepadanya dari deretan informasi yang datang. Sementara hal yang dimaksud dengan recentcy (kekinian) adalah bahwa pikiran lebih mudah mengingat informasi yang datang paling akhir dari deretan informasi yang datang.

Hal ini penting diketahui utamanya guna meningkatkan efektifitas anda dalam menyerap informasi, katakanlah misalnya dalam suatu presentasi. Dalam suatu presentasi, pikiran anda akan bekerja menangkap informasi berdasar prinsip primacy dan recentcy. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat proporsi informasi yang terletak antara informasi paling awal dan informasi paling akhir yang tidak tertangkap oleh pikiran. Adapun penyebab hal ini bisa sangat beragam salah satunya adalah karena kejenuhan yang dialami pikiran setelah berkonsentrasi untuk jangka waktu tertentu. Sehingga untuk meminimalkan informasi yang hilang, pastikan anda menyediakan waktu yang cukup bagi pikiran untuk beristirahat sejenak, katakanlah 1 atau 2 menit, sekedar membuatnya lebih relaks. Dalam durasi waktu ini anda dapat melakukan berbagai aktifitas relaksasi salah satu diantaranya adalah EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing).

Pengulangan membantu pengingatan

Hal selanjutnya yang telah umum diketahui oleh semua individu adalah manfaat pengulangan dalam mengingat. Pengulangan memang membantu dalam mengingat. Hal ini utamanya terjadi pada informasi-informasi yang tidak memenuhi berbagai kriteria di atas. Dengan kata lain, pengulangan dibutuhkan khususnya pada informasi yang tidak memberikan excitement alami di pikiran. Untuk informasi yang memberikan excitement alami di pikiran, maka pengulangan tidak terlalu dibutuhkan.

Pengulangan mampu meningkatkan pengingatan pikiran atas informasi disebabkan karena ketika anda melakukan pengulangan, pada saat yang sama anda memperkuat hubungan antar satu informasi dengan informasi yang lainnya. Dan seperti yang anda telah ketahui, bahwa semakin sering anda menggunakan satu jalur informasi, jalur tersebut semakin diperkuat di pikiran. Akibatnya tentu pikiran anda semakin mudah dalam mengakses berbagai informasi pada jalur informasi tersebut. Terdapat mekanisme tertentu di otak yang membuatnya dapat mengefisienkan kerjanya berkenaan dengan penangkapan informasi. Berbagai jalur informasi yang tidak digunakan dapat hilang dengan sendirinya. “Use it or lose it”

Arsitektur ingatan manusia

Setiap individu tanpa terkecuali memiliki ingatan. Namun tahukah anda bahwa ingatan manusia dapat dibedakan berdasarkan durasi penyimpanannya.

Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengklasifikasikan ingatan (memory) ke dalam tiga bagian yang berbeda yaitu: sensory register, working memory dan long-term memory.

Sensory memory merupakan ingatan yang menyimpan informasi yang datang secara sekilas. Sensory memory kurang mampu membantu kita untuk mengingat secara baik. George Sperling (1960) melakukan eksperimen dengan memberikan rangkaian huruf pada sejumlah responden secara selintas. Setelahnya, masing-masing responden diminta untuk menyebutkan ulang rangkaian huruf yang telah disajikan. Ternyata mereka mengindikasikan pengingatan yang sangat buruk terhadap rangkaian huruf yang disajikan.

Working memory merupakan ingatan yang meyimpan sementara informasi dalam kapasitas terbatas. Secara sederhana, working memory dapat dianalogikan sebagai RAM (Random Access Memory) pada komputer yang menyimpan informasi sementara sebelum disimpan secara permanen di hard disc. Menurut George Miller (1956) jika individu hanya mengandalkan working memory untuk mengingat, maka kemampuan individu tersebut akan sangat terbatas. Ia menemukan bahwa indivisu hanya mampu mengingat rangkaian angka sebanyak 7 ? 2. Referensi yang dibuat oleh Peterson & Peterson (1959) menambahkan bahwa durasi penyimpanan informasi di working memory rata-rata hanya 20 detik, jika tidak disertakan dengan pengulangan (rehearsal).

Long-term memory merupakan ingatan yang menyimpan informasi secara permanen atau dalam durasi yang relatif lebih lama. Memori jenis ini dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu; ingatan prosedural dan ingatan deklaratif. Ingatan prosedural merupakan ingatan yang berkenaan dengan serangkaian prosedur. Di dalamnya termasuk ingatan akan kemampuan (skill) dan kebiasaan. Sementara ingatan deklaratif merupakan ingatan yang berkenaan dengan informasi yang dapat dideklarasikan. Termasuk di dalam golongan ini adalah berbagai ingatan tentang berbagai fakta dan kejadian-kejadian yang terjadi di masa lampau.

Otak manusia menyerap beragam informasi dalam jumlah yang tidak terbatas. Karl Lashley menemukan fakta bahwa informasi disimpan dalam satuan unit ingatan yang disebut engram. Masing-masing satuan informasi tersebut kemudian diproses di area ingatan (memory domain) yang berbeda-beda, salah satunya adalah semantic memory. Pada umumnya ragam Informasi yang disimpan pada semantic memory sangat sukar untuk dilupakan, seperti informasi mengenai identitas personal, kejadian yang pernah dialami dan masih banyak lagi.

Ketika suatu informasi mampu mengakses long term memory, maka daya retensi ingatan atas informasi tersebut akan lebih permanen. Sehingga pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya untuk meletakan informasi ke dalam ingatan jangka panjang?

Gunakan asosiasi untuk mengoptimalkan pengingatan

Ketika membahas lebih lanjut mengenai daya ingat sebenarnya penting sebelumnya diketahui mengenai 3 proses yang berkenaan dengan daya ingat, yaitu; pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan.

Guna mengoptimalkan penggunaan daya ingat, maka setiap individu perlu sebelumnya memahami lebih lanjut mengenai ke-3 proses tersebut. Ketiga proses tersebut merupakan skill, yang perlu di latih. Seperti yang telah dijelaskan pada diagram sebelumnya, bahwa skill masuk ke dalam kategori ingatan jangka panjang, artinya ketika anda telah menguasai skill ini, cukup sekali saja meguasai, maka anda selalu mampu melakukan setelahnya.

Sebenarnya semua individu memiliki daya ingat yang baik. Hal yang sebenarnya terjadi adalah bahwa kebanyakan individu tidak melatih kemampuan menggunakan daya ingat yang dimilikinya. Daya ingat hampir serupa dengan otot. Anda perlu melatih otot untuk mendapatkan pengembangan. Dengan melatih otot, anda semakin mengembangkannya. Ketika berkenaan dengan konteks latihan, maka konsistensi memegang peranan yang sangat penting.

Belum ada penelitian yang menyatakan batasan dari daya ingat manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia dapat mengingat banyak hal. Namun mekanisme alami kerja pikiran yang sangat efisien, maka diperlukan sedikit pengaturan untuk memasukan informasi ke dalam ingatan dan membuatnya menjadi permanen di ingatan.

Pertanyaan selanjutnya adalah jika pernyataan di atas benar lalu mengapa anda masih sulit untuk mengingat suatu informasi? Bagaimana anda menghubungkan/mengasosiasikan antara nama teman anda dengan nomor teleponnya? Bagaimana anda mengasosiaskan antara istilah “corpus colosum” dengan hal yang direpresentasikannya? Bagaimana anda mengasosiasikan antara pena anda dan tempat anda meletaknya terakhir kali. Dan berbagai informasi berikut dengan asosiasinya.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penyimpanan informasi di ingatan adalah dengan menggunakan asosiasi. Asosiasi merupakan satu strategi yang menghubungkan antara satu dua biat informasi atau lebih. Karena pengingatan bekerja secara asosiatif, maka yang anda perlu lakukan hanyalah membuat asosiasi secara kreatif antara dua bit informasi atau lebih. Ambil contoh, jika anda perlu pergi ke suatu acara jam 4 sore, maka anda dapat membayangkan mobil anda saat anda tengah dalam perjalanan dan memperhatikan bahwa mobil anda memiliki empat roda. Jam 4 sore, empat roda, itulah yang disebut sebagai asosiasi. Pengingatan akan informasi ini akan lebih kuat sekiranya anda melibatkan berbagai prinsip yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Ambil contoh misalnya kini anda membuat representasi mental mobil dengan 4 rodanya yang berbentuk segitiga di dalam pikiran anda.

Ada kalanya asosiasi dapat dilakukan secara lebih mudah. Misalnya ada anda bertemu seorang yang bernama Pak Hakim, dan beliau tinggal dekat di seberang pengadilan tinggi Jakarta Selatan. Maka anda cukup mengasosiasikan Pak Hakim dengan pengadilan. Kembali lagi, pengingatan akan informasi ini akan lebih kuat ketika anda mengikutsertakan berbagai prinsip yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya. Ambil contoh kini anda membuat representasi mental dengan melihat Pak Hakim sedang duduk di atas atap pengadilan sambil mengketuk-ketukan palu dengan kakinya.

Proses penghubungan ini membuat pikiran anda mau tidak mau mencari berbagai hubungan yang tidak biasa. Karena kembali lagi sesuai dengan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, semakin tidak biasa suatu asosiasi, semakin mudah informasi tersebut diingat. Akibatnya tentunya adalah ketika anda melatih kemampuan anda untuk membuat asosiasi di dalam pikiran, sebenarnya pada saat yang bersamaan anda juga mulai melatih aspek kreatifitas pikiran anda untuk selalu berpikir di luar ke-“biasa”- an.

Hal ini dapat diperkuat dengan melakukan pengulangan. Namun dengan menggunakan berbagai prinsip tersebut, pengulangan yang anda lakukan menjadi lebih efektif dan efisien. Anda tidak perlu melakukan pengulangan berulang kali pada waktu yang sama. Secara prinsipnya, berdasarkan prinsip frekuensi, maka ketika anda mampu mengingat informasi katakanlah setelah satu jam setelahnya maka anda akan mempu mengingatnya selama satu hari setelahnya. Jika anda mampu mengingat selama satu hari setelahnya maka anda akan mempu mengingatnya selama satu minggu. Dan demikian selanjutnya. Sehingga semakin lama informasi tersebut semakin permanen di pikiran anda.

Pada artikel selanjutnya saya akan menguraikan berbagai pengaturan lain yang dapat anda lakukan untuk mempermudah anda dalam mengingat berbagai informasi.

 

Meningkatkan Daya Ingat Dengan Asosiasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top